Minggu, 27 Maret 2011

6 Cairan Alami Redam Demam Berdarah

0 komentar
Selain minyak sereh untuk menangkal bahaya DBD, orang sering memanfaatkan kasiat jambu biji. Maklum banyak orang yang mengaku berhasil terselamatkan dari demam berdarah berkat jus jambu biji.

Tertolongnya pasien DBD berkat jambu biji, bisa jadi bukan karena jambunya, tapi karena cairan jus yang masuk ke tubuh pasien dalam jumlah banyak. Cairan itu, apalagi jika diminum sampai 5 atau 6 gelas sehari, amat dibutuhkan pasien yang kehilangan banyak plasma darah akibat penurunan trombosit.

Cairan apa pun, entah air biasa atau air larutan gula dan garam atau jus buah lain bisa membantu proses penyembuhan pasien demam berdarah jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Minuman dalam kemasan kaleng yang mengandung zat elektrolit juga dianjurkan diberikan pada pasien.

Berikut ini beberapa jenis cairan yang bisa diberikan kepada penderita demam berdarah agar terhindar dari kekurangan cairan:

1. Air Kelapa Muda
Badan Pangan Dunia PBB (FAO - Food & Agriculture Organization) mengakui bahwa khasiat air kelapa muda sebagai penghilang dahaga kaya zat elektrolit alami. Zat elektrolit dan gizinya lebih dari sekadar minuman penghilang dahaga produksi pabrik. Disebutkan dalam situs resmi FAO bahwa air kelapa muda itu alami, lezat, kaya garam, gula, dan vitamin yang dibutuhkan atlet kelas Olimpiade maupun para amatir. Bahkan, badan PBB ini telah mematenkan air kelapa muda yang berkhasiat itu.

Di dalam air kelapa muda terkandung mineral kalium, sodium, klorida, dan magnesium. Zat-zat ini adalah elektrolit yang dibutuhkan tubuh untuk membantu mengatasi ancaman syok pada kondisi kekurangan cairan. Selain kalium, juga mengandung gula, vitamin B dan C dan protein. Komposisi gula dan mineral yang terdapat dalam air ini begitu sempurna, sehingga disebutkan memiliki keseimbangan yang mirip dengan cairan tubuh manusia.

2. Jus Buah
Kekurangan cairan karena demam berdarah bisa juga diatasi dengan air jus. Tidak selalu harus jus jambu biji. "Bisa jus pepaya, jeruk, atau jus mangga, asal pasien suka," tutur Dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K) M.Tro.Pad, seorang dokter spesialis anak.

Kadar air dalam buah berhitung tinggi, yaitu bervariasi antara 65 sampai 92 persen, sehingga bisa menutupi kekurangan cairan akibat merembesnya plasma darah keluar dari pembuluh.

Michael T. Murray, ND, dalam bukunya The Complete Book of Juicing, menulis jus mudah diserap tubuh karena bentuknya yang halus dan cair itu. Zat makanan seperti diketahui diserap usus dalam bentuk jus. Mengonsumsi jus berarti membantu proses pencernaan tubuh dengan mempercepat penyerapan nutrisi kualitas tinggi yang terkandung dalam jus.

3. Jambu Biji
Walau khasiatnya belum teruji secara medis, tidak ada salahnya untuk memberikan jus jambu biji kepada pasien demam berdarah. Sebab, buah eksotis ini mengandung vitamin C yang sangat tinggi.

Vitamin C ini terdapat dalam daging buahnya. Bijinya yang sering tidak dikonsumsi juga mengandung vitaimin C. Disebutkan dalam buku Foods that Heal, Foods that Harm, 90 gram buah jambu biji lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan harian vitamin C pada orang dewasa. Buku itu juga menyebutkan, meski sudah kehilangan hampir 25 persen vitamin karena proses pengolahan, jus jambu biji kemasan kotak masih merupakan sumber vitamin C yang baik.

Berkat kandungan vitamin C dosis tinggi inilah, kekebalan tubuh dalam melawan bakteri akan meningkat. Proses penyembuhan luka pun jadi lebih cepat. Selain itu, tekanan darah juga menjadi lebih baik karena buah ini merupakan sumber potasium yang baik.

Untuk mendapatkan manfaatnya secara maksimal, pilih buah yang baru saja masak dan masih berwarna hijau kekuningan. Bila sudah masak, simpan di lemari es. Jangan lupa cuci dulu sebelum dibuat jus.

4. Alang-Alang
Tanaman liar bernama Latin Imperata cylindrica (L) Beauv ini sudah sering diteliti. Menurut Dr. Setiawan Dalimartha dalam buku Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Hepatitis, di luar negeri alang-alang sudah dibuat obat paten.
Penelitian tentang tanaman ini menyebutkan, alang-alang mengandung manitol, glukosa, sakharosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam kersik, damar, dan logam alkali. Dilihat dari kandungan-kandungan tersebut, alang-alang bersifat antipiretik (menurunkan panas), diuretik (meluruhkan kemih), hemostatik (menghentikan perdarahan), dan menghilangkan haus.

Pengobatan Cina tradisional menyebutkan, alang-alang memiliki sifat manis dan sejuk. Efek pengobatan tanaman ini memasuki meridian paru-paru, lambung, dan usus kecil. Dengan sifat diuretik yang melancarkan air kencing, alang-alang bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit radang ginjal akut.

Sifat diuretik yang mengeluarkan cairan tubuh tak berguna ini bermanfaat untuk mengontrol tekanan darah yang cenderung tinggi. Sifat hemostatik yang bisa menghentikan perdarahan dapat juga dimanfaatkan untuk mengatasi mimisan dan perdarahan di dalam.

Herbal ini di dalam tubuh akan menyusup ke dalam organ paru-paru, lambung, dan usus kecil. Oleh karena itu, ramuan alang-alang sebaiknya tidak diberikan kepada mereka yang fungsi lambungnya lemah dan sering buang air kecil.

Bagian tanaman alang-alang yang bisa dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah rimpang, baik yang segar maupun yang telah dikeringkan. Bahan alang-alang ini bisa diperoleh di toko obat Cina. Kini bahkan sudah tersedia minuman alang-alang instan yang berkhasiat menghilangkan panas dalam. Minuman instan ini bisa diperoleh di toko jamu atau toko obat Cina.

Cara pemanfaatannya, ambil satu ikat atau gulung akar alang-alang. Cuci dan rebus dalam tiga gelas air hingga tersisa satu gelas. Campur air perasan satu buah jeruk nipis dengan tiga sendok makan air alang-alang tersebut. Pakai seperlunya. Tambahkan pemanis bila ramuan ini ditujukan untuk anak-anak.

5. Angkung
Angkung diyakini bisa membantu menyembuhkan penyakit radang selaput otak, stroke, radang otak, penyakit hati, kejang, dan kekurangan cairan tubuh seperti halnya dalam kasus demam berdarah. Namun, sangat disayangkan harga angkung amat mahal. Harga satu pil angkung mencapai Rp 250 ribu. Angkung ini biasanya dijual dalam kemasan pil di toko obat Cina.

Untuk membelinya harus hati-hati karena di pasaran ditengarai banyak angkung palsu. Ciri-ciri angkung asli antara lain pil terbungkus kertas keemasan setelah dibuka dari kotaknya. Wujud pil angkung mirip jenang atau dodol, lentur tetapi mudah dipatahkan. Ciri lainnya, cepat sekali larut bila diseduh dengan air panas, bahkan dalam waktu kurang dari 1 menit. Ciri keaslian yang mudah dikenali dari kemasan luar adalah label dan tanda hologram produsennya.

Selain harganya yang mahal, manfaat angkung tidak langsung terasa setelah minum satu atau dua butir. “Angkung baru terasa khasiatnya untuk mengatasi penyakit berat setelah diminum secara teratur 6 sampai 8 butir pil setiap hari,” kata Sinse Johanes, yang berpraktik di daerah Kalibesar Timur, Jakarta Barat.

6. Daun Dewa
Tumbuhan daun dewa bisa juga dipergunakan sebagai pengganti angkung. Tanaman ini berbentuk semak. Daun adalah bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat.
Herba ini dikenal kaya dengan berbagai kandungan kimia seperti saponin, minyak asiri, flavonoid, dan tanin. Dengan kandungan kimia tersebut tumbuhan ini bermanfaat sebagai anticoagulant (mencairkan bekuan darah), menghentikan perdarahan, menghilangkan panas, membersihkan racun.

Tumbuhan dewa ini juga telah tersedia di toko obat Cina dalam bentuk kapsul. Harganya relatif lebih murah dibanding angkung.

(Kompas, Kamis, 4 Februari 2010, edited)
Read more...

Selasa, 22 Maret 2011

Inilah Khasiat Istimewa di balik Buah Naga!

0 komentar
BUAH NAGA, meski tanaman ini kini telah mudah ditemui, namuk tak banyak orang yang mengerti secara mendalam khasiat tersembunyi di balik buah naga.

Bentuknya yang berbeda dari buah-buah lainnya, kian menonjolkan keistimewaan dari buah penuh manfaat ini. Dalam perkembangannya, kehadiran buah naga juga kerap menorehkan berbagai peran lain.

Masyarakat China Kuno menganggap buah naga lebih dari sekadar buah dengan beragam manfaat. Buah dengan kulit yang menyerupai sisik ular besar ini sering menjadi pendamping dua patung di meja altar persembahan. Setiap perayaan tahun Baru Imlek buah ini juga disajikan, dan menjadi salah satu sajian yang wajib ada karena diyakini membawa berkah.

Padahal di tempat asalnya, Meksiko, buah naga justru dianggap sebelah mata. Baru setelah dibawa ke Vietnam, tanaman buah naga mulai dibudidayakan secara luas sebelum akhirnya berkembang ke negara Asia Tenggara.

Di Vietnam buah naga kerap disebut Thanh long atau clever dragon sedangkan masyarakat China menyebutnya Feuy Long Kwa. Di daerah Meksiko, buah naga hadir dengan sebutan Pitahaya.

Buah naga sendiri memiliki warna kulit yang menyala, kulitnya juga tidak mulus, melainkan berlapis sehingga mirip sisik ular besar atau naga. Isi buahnya berwarna putih, merah atau ungu dengan taburan biji-biji berwarna hitam. Tekstur isinya seperti selasih dengan cita rasa seperti buah kiwi.

Badan Litbang Pertanian Republik Indonesia menyebutkan, bahwa buah naga dapat menurunkan kadar kolesterol, penyeimbang gula darah, menguatkan fungsi ginjal dan tulang, serta meningkatkan kerja otak. Adapun zat fitokimia di dalam buah ini dapat menurunkan risiko kanker.

Buah naga juga sangat baik untuk sistem peredaran darah. Buah ini sangat efektif untuk mengurangi tekanan emosi dan menetralkan racun dalam darah. Buah naga mengandung 80 persen air, vitamin C, serat, kalsium, zat besi, dan fosforus yang bermanfaat untuk mengatasi penyakit darah tinggi.

Kandungan serta pada buah naga yang mencapai 0,7-0,9 gram dalam setiap gramnya juga sangat berguna dalam sistem pencernaan dan menurunkan kadar kolesterol. Jika ingin terhindar dari berbagai penyakit, tak ada salahnya bila anda mengonsumsi buah naga mulai dari sekarang. (berbagai sumber)
Read more...

Rabu, 16 Maret 2011

Obat Tradisional Untuk Rematik

0 komentar
Rematik atau Reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian. Selain menyerang persendian, penyakit rematik juga menyerang otot dan urat.

Penyebab rematik salah satunya adalah masalah kekebalan tubuh yang berbalik menyerang jaringan persendian. Hal ini mengakibatkan tulang rawan di sekitar sendi menipis dan membentuk tulang baru. Pada saat tubuh digerakkan, tulang-tulang di persendian bersinggungan sehingga memicu rasa nyeri.

Gejala rematik diataranya: nyeri persendian setelah beraktivitas, nyeri pada saat cuaca berubah dari panas ke dingin, peradangan dan hilangnya fleksibilitas sendiri, sendi terlihat kemerahan dan terasa panas, sendi kaku di pagi hari, sendi bengkak, gerak terbatas, dan nyeri persendian.

Pengobatan pada penderita rematik secara umum ditujukan untuk menghilangkan / mengurangi rasa nyeri, menghilangkan gejala inflamasi (peradangan), dan mencegah terjadinya deformitas (perubahan bentuk) dan memelihara fungsi persendian agar tetap dalam keadaan baik.

Bagaimana? Sudah cukup paham mengenai penyakit rematik ini? Kalo sudah paham, mari kita bahas pengobatan untuk rematik. Berikut ini ada beberapa Tips mengobati rematik, tepatnya ramuan tradisional untuk mengobati rematik.

Obat Tradisional Rematik 1:
Bahan-bahan :
- Daun Sendok segar (5 lembar)
- Kapur (1 Sendok makan)

Cara Pemakaian:
Campurkan daun sendok segar dengan kapur, kemudian letakan diatas bagian yang sakit, (tebalnya sekitar 5 mm). Ganti ramuan tersebut tiap 1 hari 1 malam.

Obat Tradisional Reumatik 2:
Bahan-bahan :
- Daun Kumis Kucing (4-5 lembar)
- Tanaman Meniran (4-5 buah)
- Air (3 gelas)

Cara Pemakaian:
Rebus semua bahan obat rematik diatas dalam 3 gelas air, hingga tersisa 1,5 gelas. Setelah dingin, minum air ramuan rematik tersebut 3 kali sehari (masing-masing setengah gelas).

Semoga Cara Mengobati Rematik diatas bisa bermanfaat.

Sumber : http://gerry-tk.blogspot.com/2010/04/obat-tradisional-rematik.html
Read more...

Sabtu, 12 Maret 2011

Angkak, Turunkan Kolesterol

0 komentar
BERAS MERAH CHINA atau angkak merupakan pengawet dan pewarna makanan alami dan menyehatkan. Juga dianggap sebagai obat bermacam penyakit. Berdasarkan penelitian, produk olahan dari beras ini bisa menurunkan kelebihan kolesterol.

Kata angkak kian sering terdengar seiring merebaknya kasus demam berdarah dengue (DBD). Kasus DBD muncul secara rutin setiap tahun, khususnya di musim hujan. Beberapa warga masyarakat percaya bahwa angkak dapat digunakan sebagai obat pendongkrak trombosit.

Sejauh ini memang belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk mendukung hal tersebut. Namun, bila bukti-bukti empiris di masyarakat telah menunjukkan hal tersebut, tentu tidak ada salahnya untuk dicoba. Dalam tulisan berikut pembahasan tentang angkak hanya dikaitkan dengan perannya sebagai pewarna, pengawet, serta penurun kolesterol darah.

Masyarakat awam menyebut angkak sebagai beras merah cina karena produk tersebut berwarna merah, dibuat dari beras, dan dalam sejarahnya berasal dari Cina. Di beberapa negara, angkak dikenal dengan sebutan berbeda-beda, seperti beni-koji, hong qu, hung-chu, monascus, red koji, red leaven, red yeast rice, xue zhi kang, dan zhi tai. Di Cina, istilah zhi tai berarti angkak dalam bentuk tepung kering, sedangkan xue zhi kang berarti angkak yang telah diekstrak dengan alkohol.

Pembuatan angkak di Cina pertama kali dilakukan pada masa pemerintahan Dinasti Ming yang berkuasa pada abad XIV-XVII. Di Cina, angkak digunakan sejak berabad-abad yang lalu, baik untuk kepentingan bahan pangan maupun obat. Angkak dibuat melalui proses fermentasi beras dengan kapang Monascus purpureus.

Seiring dengan berkembangnya slogan back to basic, penggunaan angkak sebagai pewarna dan pengawet mulai dilirik masyarakat. Beberapa bukti ilmiah terakhir menunjukkan bahwa angkak juga dapat digunakan sebagai obat penurun kolesterol dan tekanan darah. Karena demikian besar manfaat angkak, Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat, telah menerima angkak sebagai suplemen pangan.

Sebagai Obat
Penggunaan angkak sebagai obat di Cina dimulai sejak Dinasti Tang. Deskripsi lebih rinci tentang angkak dapat dibaca pada buku Pharmacopoeia Cina kuno, yaitu Ben Cao Gang Mu-Dan Shi Bu Yi, yang dipublikasi pada masa Dinasti Ming (1368-1644). Pada buku tersebut, angkak telah dinyatakan sebagai obat sakit perut (gangguan pencernaan dan diare), sirkulasi darah, serta untuk kesehatan limpa dan lambung.

Dalam seni pengobatan Cina tradisional, angkak digunakan untuk pengobatan terhadap penyakit salah cerna, luka otot, disentri, dan antraks. Angkak juga sering digunakan untuk meringankan kerja lambung serta memperkuat fungsi limpa, yaitu suatu organ tubuh yang menguraikan sel darah merah yang telah usang dan menyaring senyawa-senyawa asing.

Senyawa obat yang terdapat di dalam angkak sesungguhnya merupakan produk metabolit sekunder dari kapang Monascus purpureus, yaitu lovastatin. Kadar lovastatin pada angkak sekitar 0,2 persen. Lovastatin (C24H36O5) atau mevacor atau monacolin K telah dikenal sebagai senyawa obat yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah pada penderita hiperkolesterolemia.

Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa angkak mengandung senyawa gamma-aminobutyric acid (GABA) dan acetylcholine chloride, yaitu suatu senyawa aktif yang bersifat hipotensif, artinya mampu menurunkan tekanan darah. Karena itu, angkak sering digunakan sebagai obat penurun tekanan darah oleh penderita hipertensi.

Saat ini, secara komersial angkak telah dipasarkan sebagai produk suplemen untuk meningkatkan kesehatan jantung. Contoh produk yang sudah beredar: Cholestini dengan kandungan angkak sebesar 600 mg per kapsul dan Herbalin Ruby Monascusi dengan kandungan angkak sebesar 500 mg per kapsul. Kendati demikian, anak dan remaja di bawah usia 20 tahun tidak disarankan menggunakan suplemen tersebut.

Dalam pengobatan Cina tradisional, dosis suplemen angkak yang digunakan sangat tinggi, yaitu mencapai 6.000–9.000 mg per hari. Sementara dosis yang dianjurkan adalah 600 mg (dosis oral), sebanyak 2-4 kali ulangan per hari. Suatu penelitian menunjukkan bahwa pemberian angkak kepada orang dewasa dengan dosis 1.200 mg per hari selama delapan minggu, tidak menimbulkan efek negatif.

Namun, karena informasi tentang dampak keamanan pemakaian angkak dosis tinggi dalam jangka panjang masih sangat terbatas, pemakaian sebaiknya dibatasi hanya dalam jangka waktu pendek. Walaupun jarang terjadi, efek samping yang dapat diberikan oleh konsumsi angkak adalah sakit kepala, sakit lambung, timbul gas, pusing, serta rasa panas di dalam perut.

Orang yang berisiko mengalami penyakit lever atau sedang menderita penyakit lever sebaiknya tidak mengonsumsi angkak. Dengan mekanisme yang sama seperti pada penurunan kolesterol, angkak juga dapat memengaruhi fungsi hati.
Pecandu alkohol, orang yang sedang mengalami infeksi serius dan gangguan fisik, atau yang mengalami transplantasi organ, dianjurkan untuk menghindari penggunaan angkak. Dampak terhadap orang yang sedang hamil dan menyusui belum pernah dievaluasi, tetapi sebaiknya dihindari.

Penurun Kolesterol
Sejak tahun 1970-an beberapa penelitian menunjukkan bahwa angkak dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Monascus purpureus dapat menghasilkan berbagai senyawa yang secara kolektif disebut monacolin, yaitu senyawa yang mampu menurunkan kadar kolesterol darah di dalam tubuh.

Senyawa monacolin tersebut mampu menghambat kerja enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl CoA reductase (HMG-CoA reductase), yaitu enzim yang sangat diperlukan untuk sintesis kolesterol. Inhibitor HMG-CoA reduktase dapat menurunkan simpanan kolesterol intrasel serta menghambat sintesis very low density lipoprotein (VLDL) di hati.

Mengingat VLDL adalah prekursor LDL, penghambatan sintesis VLDL secara otomatis akan menurunkan jumlah LDL. Kadar kolesterol tinggi sangat tidak dikehendaki karena dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler, seperti aterosklerosis, penyakit jantung, stroke, dan hipertensi. Dengan terhambatnya kerja enzim HMG-CoA reductase oleh senyawa yang ada pada angkak, laju sintesis kolesterol di dalam tubuh dihambat, sehingga secara nyata dapat menurunkan kadar kolesterol tubuh. Keyakinan tersebutlah yang mendorong penggunaan angkak sebagai penurun kolesterol dan sekaligus obat bagi penyakit jantung.

Penelitian pemberian angkak menggunakan 83 orang penderita kolesterol tinggi telah dilakukan di UCLA School of Medicine. Dibandingkan penderita yang diberi plasebo (tanpa angkak), pemberian angkak selama 12 minggu secara nyata dapat menurunkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida (senyawa lemak yang juga dapat berakumulasi di pembuluh darah dan menyebabkan kerusakan). Di lain pihak, pemberian angkak tidak berpengaruh terhadap kadar kolesterol HDL (kolesterol baik).

Suatu penelitian yang dipresentasikan pada kongres tahunan American Heart Association ke-39 pada tahun 1999 menunjukkan bahwa pemberian angkak pada penderita hiperkolesterolemia selama delapan minggu dapat menurunkan kadar kolesterol total sebesar 16-22,7 persen, LDL sebesar 21–31 persen dan trigliserida sebesar 24–34 persen. Sementara kolesterol HDL meningkat sebesar 14–20 persen.

Angkak sebaiknya tidak dikonsumsi bersama-sama dengan obat penurun kolesterol (statin) yang bersifat menghambat HMG-CoA reduktase (seperti atorvastatin, lovastatin, fluvastatin, simvastatin, pravastatin, cerivastatin). Sebab, dapat meningkatkan pengaruh obat tersebut yang akhirnya akan menaikkan risiko kerusakan lever.

Pewarna yang Aman dan Menyehatkan
Sejak dahulu kala, nenek moyang kita telah terbiasa menggunakan bahan pewarna alami pada makanan dan minuman yang dibuatnya. Penggunaan pewarna alami jelas lebih aman dan menyehatkan dibandingkan pewarna sintetis. Pewarna alami merupakan pigmen-pigmen yang diperoleh dari bahan nabati, hewani, bakteri, dan algae.

Perhatian terhadap pentingnya penggunaan pewarna alami pada makanan semakin meningkat akhir-akhir ini. Hal tersebut dipicu oleh ketakutan terhadap dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh pewarna sintetik. Beberapa pewarna sintetik diduga bersifat karsinogenik, yaitu dapat memicu timbulnya sel kanker.

Kapang Monascus purpureus yang ditumbuhkan pada beras sebagai substrat dapat menghasilkan pigmen kuning, merah, dan oranye. Pigmen merah yang dihasilkan oleh kapang tersebut telah digunakan sebagai pewarna alami pada makanan sejak berabad-abad lalu, khususnya oleh penduduk di negara-negara Asia, seperti Cina, Jepang, Korea, Taiwan, Hong Kong, Thailand, dan Filipina.

Warna merah angkak sangat potensial sebagai pengganti warna merah sintetis, yang saat ini penggunaannya sangat luas pada berbagai produk makanan. Beberapa contoh produk makanan yang telah menggunakan pewarna merah angkak adalah anggur, keju, sayuran, pasta ikan, kecap ikan, minuman beralkohol, aneka kue, serta produk olahan daging (sosis, ham, kornet).

Sebagai pewarna alami, angkak memiliki sifat yang cukup stabil, dapat bercampur dengan pigmen warna lain, serta tidak beracun. Pigmen warna utama yang dihasilkan oleh Monascus purpureus pada fermentasi angkak adalah monaskorubrin dan monaskoflavin. Ada tiga warna utama yang dapat ditimbulkan oleh pigmen pada angkak, yaitu kuning, oranye, dan merah.

Stabilitas pigmen angkak sangat dipengaruhi oleh sinar matahari, sinar ultraviolet, keadaan asam dan basa (pH), suhu, dan oksidator. Pigmen angkak lebih stabil pada pH 9 dibandingkan dengan pH 7 dan pH 3. Pemanasan pada suhu 100 derajat Celsius selama satu jam tidak mengakibatkan kerusakan nyata terhadap pigmen angkak.

Pengawet yang Hambat Bakteri Patogen
Dewasa ini penggunaan pengawet sintetis pada berbagai makanan cukup meresahkan. Penambahan zat pengawet dimaksudkan untuk memperpanjang daya tahan simpan suatu produk makanan.

Bahan pengawet dibedakan atas pengawet makanan dan bukan pengawet makanan. Pengawet makanan, walaupun pemakaiannya diizinkan pada makanan, dosis yang berlebih tetap tidak dianjurkan karena menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan konsumen.

Beberapa contoh jenis bahan pengawet yang diizinkan dan lazim digunakan dalam industri makanan adalah asam benzoat atau garam-garam benzoat (kalium benzoat, kalsium benzoat, natrium benzoat); garam-garam sulfit (kalium sulfit, kalium bisulfit, kalium metabisulfit); nitrat dan nitrit; belerang dioksida.

Pengawet bukan makanan, seperti formalin dan boraks, walaupun dilarang, kenyataannya banyak digunakan pada berbagai produk pangan. Kedua fakta tersebut tentu saja sangat meresahkan masyarakat yang senantiasa ingin hidup sehat. Karena itu, upaya pencarian pengawet alami sangat perlu dilakukan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pigmen angkak memiliki aktivitas sebagai antimikroba, sehingga sangat cocok digunakan sebagai bahan pewarna pada bahan makanan yang mudah terkontaminasi mikroba. Dengan demikian, angkak dapat berperan ganda, yaitu sebagai pewarna dan sekaligus pengawet. Angkak terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen (penyebab penyakit) dan bakteri perusak berspora, seperti Bacillus cereus dan Bacillus stearothermophilus.

Penggunaan angkak dapat mengurangi penggunaan nitrit pada bahan pangan. Nitrit sering digunakan sebagai komponen dari sendawa, yaitu zat yang digunakan untuk mempertahankan warna merah daging, khususnya pada pembuatan sosis, daging asap, dan kornet. Dalam beberapa penelitian, nitrit ditengarai sebagai pemicu sel kanker. Nitrit dapat bereaksi dengan komponen amin dari protein bahan pangan membentuk nitrosamin, yaitu suatu zat karsinogenik. Karena itu, penggunaan nitrit pada makanan sebaiknya dibatasi.

Melalui sifatnya sebagai antimikroba, penggunaan angkak dalam pembuatan sosis selain dimaksudkan sebagai pemberi warna merah, juga sekaligus berfungsi sebagai pengawet yang aman bagi kesehatan. Kelebihan lain dari penggunaan angkak pada pembuatan sosis adalah memperbaiki tekstur dan flavornya.

Lebih Cocok dengan Beras Pera
Secara tradisional, pembuatan angkak umumnya dilakukan dengan menggunakan beras sebagai substrat, melalui sistem fermentasi padat. Beras yang cocok digunakan sebagai substrat adalah beras pera, yaitu yang memiliki kadar amilosa tinggi, tetapi rendah amilopetin.

Mengingat beras yang pera harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan beras pulen, pembuatan angkak dari beras pera diharapkan dapat memberikan nilai tambah ekonomi yang lebih besar.

Angkak dibuat dengan cara memasukkan sekitar 25 gram nasi ke dalam cawan petri, yang kemudian disterilisasi menggunakan otoklaf pada suhu 121 derajat Celsius selama 15 menit. Tujuan sterilisasi adalah untuk membunuh semua mikroba agar tidak mengontaminasi dan mengganggu proses pembuatan angkak.
Setelah didinginkan hingga suhu sekitar 36 derajat, nasi tersebut diinokulasi dengan 2 gram inokulum Monascus purpureus. Setelah itu, campuran tersebut diaduk hingga rata dan diinkubasikan pada suhu 27-32 derajat selama 14 hari.

Selama masa inkubasi, kapang Monascus purpureus akan tumbuh dan berkembang biak dengan cepat, menutupi permukaan beras dengan pigmen merah. Jika ingin dihasilkan dalam bentuk serbuk, hasil inkubasi tersebut dikeringkan dengan oven pada suhu 40-45 derajat, kemudian dihaluskan menggunakan blender. Jika ingin dihasilkan pigmen angkak dalam bentuk yang lebih murni, pigmen tersebut dapat diekstrak dengan etanol dan dikeringkan.

Perlu diperhatikan bahwa tidak semua hasil metabolit dari strain Monascus dapat digunakan secara aman. Strain tertentu dari kapang tersebut diketahui dapat memproduksi citrinin dalam jumlah yang cukup tinggi. Citrinin adalah salah satu bahan kimia beracun yang dapat dihasilkan oleh kapang Monascus. Karena itu, kontaminasi angkak oleh bakteri dan kapang lain yang berbahaya perlu dihindari, baik pada proses pembuatan maupun penyimpanannya.

Penulis adalah ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor

Sumber : Gaya Hidup Sehat, Kompas, Rabu, 23 Januari 2008
Read more...

Selasa, 08 Maret 2011

Buah Naga Kuatkan Fungsi Ginjal

0 komentar
Sajen buat dewa ini sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Buah yang kaya serat, vitamin, dan mineral ini mampu mencegah berbagai macam penyakit degeneratif, mengurangi tekanan emosi, dan menetralkan racun dalam darah. Buah naga memiliki penampilan sangat unik dan menarik. Ukurannya sebesar mangga gedong gincu, dengan warna merah menyala. Kulitnya seperti sisik ular besar (naga), tetapi bukan karena itu buah ini dikenal sebagai dragon fruit. Rasanya manis segar dan sedikit asam. Ada yang mengaitkannya dengan mitos mampu menurunkan kadar gula darah dan kolesterol. Akhir-akhir ini tanaman buah tersebut juga mulai dimanfaatkan sebagai tanaman hias berbuah yang ditanam di dalam pot.

Kaya Serat
Kandungan serat pada buah naga sangat baik, mencapai 0,7-0,9 gram per 100 gram. Serat sangat dibutuhkan tubuh untuk menurunkan kadar kolesterol. Di dalam saluran pencernaan serat akan mengikat asam empedu (produk akhir kolesterol) dan kemudian dikeluarkan bersama tinja. Dengan demikian, semakin tinggi konsumsi serat, semakin banyak asam empedu dan lemak yang dikeluarkan oleh tubuh.

Selain untuk mencegah kolesterol, kandungan serat pada buah naga juga sangat berguna dalam sistem pencernaan. Serat pangan (dietary fiber) mampu memperpendek transit time, yaitu waktu yang dibutuhkan makanan sejak dari rongga mulut hingga sisa makanan dikeluarkan dalam bentuk feses. Sementara itu, serat pangan akan mengikat zat-zat karsinogenik. Berkat transit time yang pendek, waktu zat karsinogenik bermukim dalam tubuh juga semakin pendek, sehingga kesempatan membahayakan tubuh semakin kecil (Goldberg, 1994).

Serat pangan sangat baik untuk mencegah penyakit diabetes melitus, jantung, stroke, kanker, dan penyakit kardiovaskular lainnya. Sayangnya, konsumsi serat di Indonesia saat ini masih sangat rendah, yaitu sekitar 10 gram per orang per hari. Padahal, konsumsi serat pangan yang dianjurkan adalah 20-30 gram per orang per hari.

Buah naga terkenal sebagai salah satu sumber betakaroten. Betakaroten merupakan provitamin A yang di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A yang sangat berguna dalam proses penglihatan, reproduksi, dan proses metabolisme lainnya.

Diperkirakan setiap 6 mikrogram betakaroten mempunyai aktivitas biologis setara dengan 1 mikrogram retinol. Kelompok FAO-WHO telah menghitung bahwa hanya separuh dari betakaroten yang terserap yang akan diubah menjadi vitamin A. Kira-kira hanya 1/6 dari kandungan karoten dalam bahan makanan yang akhirnya akan dimanfaatkan oleh tubuh.

Betakaroten juga merupakan jenis antioksidan yang dapat berperan penting dalam mengurangi konsentrasi radikal peroksil. Kemampuan betakaroten bekerja sebagai antioksidan berasal dari kesanggupannya untuk menstabilkan radikal berinti karbon. Karena betakaroten efektif pada konsentrasi rendah oksigen, dapat melengkapi sifat antioksidan vitamin E yang efektif pada konsentrasi tinggi oksigen.

Betakaroten juga dikenal sebagai unsur pencegah kanker, khususnya kanker kulit dan paru. Betakaroten dapat menjangkau lebih banyak bagian-bagian tubuh dalam waktu relatif lebih lama dibandingkan dengan vitamin A, sehingga memberikan perlindungan lebih optimal terhadap munculnya kanker.

Turunkan Kolesterol
Menurut Al Leong dari Johncola Pitaya Food R&D, buah naga sangat baik untuk sistem peredaran darah. Juga sangat efektif untuk mengurangi tekanan emosi dan menetralkan racun dalam darah.
Badan Litbang Pertanian RI menyebutkan bahwa buah naga dapat menurunkan kadar kolesterol, penyeimbang gula darah, menguatkan fungsi ginjal dan tulang, serta meningkatkan kerja otak. Khasiat buah naga masih belum diketahui oleh masyarakat luas. Selain penelitian yang masih sangat terbatas, buah ini masih sangat langka. Bahkan, masih banyak di antara kita yang sama sekali tidak mengenal buah ini.

Buah naga merupakan sumber vitamin dan mineral yang cukup baik. Kadar vitamin B1 pada buah naga mencapai 0,3 mg per 100 gram daging buah. Konsumsi vitamin B1 per orang per hari yang dianjurkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) adalah 0,5-0,9 mg untuk anak-anak di bawah 10 tahun, serta 0,9-1,0 mg untuk orang dewasa. Wanita hamil dan ibu yang sedang menyusui perlu tambahan sebesar 0,3 mg per hari di atas kebutuhan normalnya.

Pada prinsipnya tiamin (vitamin B1) berperan sebagai koenzim dalam reaksi-reaksi yang menghasilkan energi dari karbohidrat dan memindahkan energi membentuk senyawa kaya energi yang disebut ATP. Kekurangan tiamin akan menyebabkan polyneuritis (beri-beri kering), yang disebabkan oleh terganggunya transmisi saraf atau jaringan saraf menderita kekurangan energi. Gejala kekurangan tiamin mula-mula adalah lelah, hilang selera makan, berat badan menurun, dan gangguan pencernaan.

Buah naga juga mengandung kalium, zat besi, protein, kalsium dalam jumlah yang cukup baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Zat-zat tersebut juga baik untuk mentralkan racun dalam darah, meningkatkan daya penglihatan, dan mencegah hipertensi. Kandungan air pada buah naga juga cukup tinggi, yaitu mencapai 83 gram per 100 g daging buah. Karena itu, buah naga dapat juga dijadikan pencuci mulut yang lezat.

Komposisi gizi per 100 gram daging buah naga (Komponen dan Kadarnya)

Air (g) 82,5-83,0
Protein (g) 0,16-0,23
Lemak (g) 0,21-0,61
Serat/dietary fiber (g) 0,7-0,9
Betakaroten (mg) 0,005-0,012
Kalsium (mg) 6,3-8,8
Fosfor (mg) 30,2-36,1
Besi (mg) 0,55-0,65
Vitamin B1 (mg) 0,28-0,30
Vitamin B2 (mg) 0,043-0,045
Vitamin C (mg) 8-9
Niasin (mg) 1,297-1,300

Sumber : KOMPAS
Read more...

Kamis, 03 Maret 2011

Jahe Merah Mengusir Asma

0 komentar
Bertahun-tahun asma akut menyiksa Asmalia Sulastri (35). Bila kambuh, ibu empat anak ini bisa sampai pingsan. Tak heran, rumah sakit jadi langganannya. Setelah ia rutin minum seduhan ekstrak jahe merah, gangguan itu pun hilang.

Betapa tersiksanya Lia, demikian perempuan semampai ini biasa dipanggil, setiap pukul 13.00-14.00 dan 21.00-22.00, asmanya kambuh. “Rasanya seperti dicekik, huh… sakit sekali,” ujarnya menggambarkan penderitaannya.

Hampir sepanjang hari ia hanya bisa berdiam di atas pembaringan. Obat sudah tentu menjadi temannya setiap sesak napas datang. Ceritanya menjadi lain setelah ia minum seduhan ekstrak jahe merah, gangguan di pernapasannya itu tak lagi mengganggu.

Lebih Pedas
Ramuan antiasma itu ia peroleh dari tetangganya yang memiliki keluhan sama. Setiap hari Lia minum 2 gelas besar seduhan jahe merah pada pagi dan malam. Caranya membuatnya pun sederhana. Rimpang jahe seukuran ibu jari tangan dimemarkan lalu direbus dengan 1,5 gelas air hingga tersisa 1 gelas, lalu diminum sekaligus. Syukurlah, hingga kini Lia tak lagi mengalami gangguan sesak napas.

Jahe merah memang banyak diresepkan para herbalis sebagai salah satu obat asma. Menurut DR Suwijiyo Pramono, Dosen Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta, kemungkinan efek antihistamin pada jahe merahlah yang meredakan asma.
Jahe merah adalah tumbuhan terna berbatang semu tegak dan tidak bercabang.

Batang tanaman berfamili zingiberaceae ini, berbentuk bulat kecil berwarna hijau dan agak keras. Daunnya tersusun berselang-selang teratur.

Tinggi tanaman ini tak lebih dari 60 cm. Ukuran jahe merah lebih kecil daripada jahe jenis lainnya. Sesuai namanya, jahe ini berwarna merah hingga jingga muda. Tanaman ini berserat kasar. Tekstur batang kasar berbentuk bulat kecil dan berwarna hijau kemerahan.

Tanaman bernama Latin Zingiber officinale ini, kata Bambang Sudewo, herbalis dari PJ Sekar Kedhaton, Yogyakarta, memang kaya manfaat. Sebagai bahan baku obat tradisional, jelas Dewo, begitu ia disapa, jahe merah banyak dipilih. Hal ini lantaran kandungan minyak atsiri, zat gingeral, serta oleoresin atau zat yang memberi rasa pahit dan pedas lebih tinggi ketimbang jahe gajah dan jahe emprit.

Menurut Dewo, jahe merah berkhasiat sebagai pencahar, antelmintik, antirematik, dan peluruh masuk angin. Juga berkhasiat untuk menghangatkan badan, penambah nafsu makan, peluruh keringat, serta mencegah dan mengobati masuk angin. Selain itu, juga berkhasiat mengatasi radang tenggorok (bronkitis), rematik, sakit pinggang, , nyeri lambung, meningkatkan stamina, mengobati pusing, nyeri otot, ejakulasi dini, pelancar ASI, dan meredakan asma.

Mbah Sarpinyem, penjaja jamu di Klithikan Pakuncen, Yogyakarta, juga memberikan racikan jahe merah kepada pembeli yang mengalami sesak napas karena asma.

Minuman Penghuni Surga
Nama genus zingiber yang berarti tanduk diberikan untuknya, lantaran rimpangnya mirip cula yang tumbuh di kepala badak. Zingiber diadopsi dari bahasa Arab, zanjabil. Alquran pada surat Al Insaan: 17, menyebut-nyebut jahe. Dinyatakan bahwa di dalam surga mereka diberi segelas minuman yang campurannya jahe.

Jahe merah, tambah Dewo, rimpangnya boleh kecil, tetapi soal rasa jahe ini paling pedas. Itu karena kandungan minyak atsirinya paling tinggi, yakni 3,90 persen. Jahe gajah hanya mengandung 1,6 persen minyak atsiri, sedang jahe emprit 1,5-3,5 persen. Kandungan kimianya berbeda pula. Itu sebabnya, memanfaatkannya juga tidak sama. Semisal, jahe gajah, banyak digunakan sebagai bahan masakan, minuman, dan kembang gula.

Aroma jahe merah sangat tajam. Kelebihan inilah yang menjadikan tanaman bernama lain jahe sunti ini dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Kata Dewo, minyak atsiri jahe merah adalah zingiberin, kamfena, lemonin, borneol, sineol, singeberol, linalool, geraniol, kavikol, zingiberen, zingiberal, gingeral, dan shogool. Tanaman ini juga mengandung minyak damar, pati asam organik, asam malat, asam aksolat, dan gingerin. Literatur lain menyebutkan tanaman ini juga mengandung flavonoid dan polifenol.

Selain untuk mengatasi asma, Mbah Sarpiyem memanfaatkan jahe merah sebagai pelega perut. Di rumah, ia meracik 15 gram rimpang segar, dengan membakarnya selama 15-20 menit. Selanjutnya dimemarkan dan diseduh dalam segelas air, lalu dicampur dengan sesendok makan madu, barulah diminum.

Anda penderita batuk kering, tambah Mbah Sarpiyem maupun Dewo, bisa juga minum perasan rimpang tanaman ini. Produk jahe merah telah dijual di pasaran berupa rajangan kering atau simplisia, jahe instan, serbuk jahe, sirop jahe, dan kembang gula jahe. Mau coba?

sumber : Gaya Hidup Sehat, Kompas,Selasa, 8 Juni 2010
Read more...